Tahun baru #2

Dapat dilihat dari tulisanku sebelumnya, bahwa ada sebuah ritual doa tahunanku. Bagi seorang yang tidak memercayai agama sepertiku, memang pernyataan ini terdengar paradoks. Untuk tahun ini, doaku tidak akan kuungkap di sebuah gereja atau tempat-tempat ibadah lainnya. Tulisan ini cukuplah. Bukan aku tidak percaya pada tempat ibadah juga, hanya saja kepercayaanku padanya membuat kecil kelayakanku berdoa di sana. Kesadaran diri penting bagiku, meski sebenarnya agama manapun menganut paham penerimaan yang mana penting dalam kehidupan. Tahun ini, hal yang paling aku inginkan adalah keberanian. Aku ingin berani berbicara, tak perduli siapa yang ada di depanku, jikalau ada kesalahan dari setiap tutur-katanya ataupun gagasannya, selama yang kukatakan masih beralasan maka tak ada yang perlu ditakuti. Aku muak menjadi orang yang dimaki dan didoktrin. Orang-orang memang senang ketika mereka mengungkapkan kata-kata mereka. Tetapi menjadi diam, haha ... aku tak ingin menjadi seorang seperti itu lagi meski keberadaan manusia berpendirian kuat sekarang ini dipandang rendah oleh khalayak umum.

Aku ingin lebih berani berekspresi. Barangkali dunia hidupku sedikit berbeda dengan pribadiku. Entah bagaimana, masyarakatku sungguh bertolak belakang denganku. Kesenangan mereka, bukan kesenanganku. Kesedihan mereka, bukan kesedihanku. Tanpa ada alasan, memang begitulah yang kurasakan selama ini. Namun terkadang, aku terpaksa berubah mengikuti mereka. Sehingga aku tidak berekspresi seperti jati diriku.

Aku juga ingin berani mengambil langkah. Terlalu banyak berpikir membuatku pusing dan menimbulkan kemungkinan-kemungkin tolol. Ada sebuah kutipan yang kudapat dari sebuah film baru-baru ini, begini bunyinya; Keberuntungan tidak tersenyum pada orang yang berkata tidak. Kadang harga diriku yang tinggi dan pikiran-pikiran lainnya membuatku mengatakan tidak pada semua kesempatan dan ajakan yang hadir di depanku.

Tahun ini, hidupku akan kuubah!

Komentar

Postingan Populer